Rabu, 02 November 2016

Business Process Reengineering & Continuous Improvement


Pada posting saebelumnya saya telah menjelaskan mengenai Total Quality Management dan Six Sigma, pada kali ini saya akan membahas tentang Business Process Reengineering dan Continuous Improvement.

1. Business Process Reengineering
Business Process Reengineering (BPR) adalah analisa dan desain ulang alur kerja (proses bisnis) baik itu di dalam atau antara perusahaan untuk mengoptimalkan proses end-to-enddan mengotomatisasi tugas-tugas yang tidak memiliki nilai tambah (non value added tasks).
Konsep BPR pertama kali diperkenalkan pada akhir 1990 dalam artikel yang dituliskan di Harvard Business Review dan mendapat perhatian yang cukup tinggi, setelah penulis artikel tersebut, Michael Hammer dan James Champy menerbitkan buku mereka berjudul Reengenering Corporation.
Dalam artikelnya, Michael Porter mengatakan:
“Literatur tentang reengineering memerlukan proses kerja yang panjang. Dan terkadang hal tersebut mengacu pada aktivitas atau serangkaian aktivitas lintas unit organisasi. Dalam kasus apapun, bagaimanapun juga gagasan pentingnya adalah bahwa masalah yang ada di tingkat strategis ataupun operasional, paling baik dipahami dari tingkat aktivitasnya.
BPR menjanjikan pendekatan baru dalam proses perubahan di dalam organisasi, dan digambarkan oleh penemunya sebagai “pemikiran ulang fundamental dan desain ulang radikal dari suatu proses bisnis untuk mencapai perbaikan dramatis, dengan mengukur kinerja seperti biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan.”
Teknik BPR ini akan melibatkan analisa proses sentral perusahaan dan mengatur ulang kembali proses tersebut dengan cara yang lebih efisien.
Porter dan Champhy, sebagai pencetus BPR, menyatakan bahwa reengineering memiliki makna yang lebih luas daripada proses itu sendiri. Hal ini karena teknik ini diterapkan ke seluruh bagian organisasi, dan memiliki tujuan besar yang mulia. “Saya pikir ini adalah pekerjaan yang baik.”
2. Continuous improvement
Continuous improvement adalah usaha-usaha berkelanjutan yang dilakukan untuk mengembangkan dan memperbaiki produk, pelayanan, ataupun proses. Usaha-usaha tersebut bertujuan untuk mencari dan mendapatkan “bentuk terbaik” dari improvement yang dihasilkan, yang memberikan solusi terbaik bagi masalah yang ada, yang hasilnya akan terus bertahan dan bahkan berkembang menjadi lebih baik lagi.
Diantara semua tool yang digunakan untuk menjalankan misi Continuous Improvement adalah “pemodelan kualitas empat langkah” yang disebut PDCA (Plan-Do-Check-Act), yang dikenal juga dengan sebutan Siklus Deming atau Siklus Shewhart.
PDCA Adalah:
  • Plan: Tahap dilakukannya identifikasi peluang untuk perubahan dan rencana bentuk perubahan yang akan dilakukan.
  • Do: Implementasi perubahan dalam skala kecil.
  • Check: Menggunakan data untuk menganalisa hasil dari perubahan dan menentukan apakah perubahan yang dilakukan telah / akan mendatangkan perbedaan yang berarti.
  • Act: Jika perubahan dianggap sukses, implementasikan perubahan tersebut dalam skala yang lebih besar dan pertahankan hasilnya. Jika perubahan belum mendatangkan perbedaan yang berarti, ulangi kembali siklus PDCA.
Setelah tahu apa itu teknik Continuous improvement dan Business Process Reengineering, kita bisa membedakan diantara keduanya. diantaranya :
Business Process Reengineering :
  • munculnya peraturan baru yang mengganti peraturan lama dan sesuai dengan perkembangan
  • biasa digunakan untuk mendesain ulang proses bisnis
  • mencoba terlepas dari peraturan lama
  • biasanya terjadi restrukturisasi
Continuous improvement  :
  • tidak mengganti peraturan lama 
  • biasa digunakan untuk pengembangan proses bisnis
  • mengembangkan perturan lama
  • tidak terjadi restrukturisasi
  • terjadi pengembangan struktur

Demikianlah penjelasan mengenai Business Process Reengineering & Continuous Improvement, semoga bermanfaat :)
sumber : shiftindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar